artikel

Cara Atasan Menyampaikan Arahan ke Gen Z agar Mereka Tidak Baper

21/05/2025 10:07 IT 0

Bagaimana cara menyampaikan arahan ke Gen Z tanpa membuat mereka baper atau salah paham? Di dunia kerja modern, menyampaikan instruksi bukan hanya soal menyuruh, tapi juga membangun komunikasi efektif yang menghargai perbedaan generasi. Terlebih saat berhadapan dengan Gen Z — generasi digital yang sangat ekspresif, kritis, dan menghargai komunikasi dua arah.

Menurut jurnal “Tantangan Komunikasi di Era Digital: Memahami Generasi Z”, tantangan terbesar dalam berinteraksi dengan Gen Z adalah perbedaan dalam media komunikasi, gaya bahasa, serta kebutuhan akan respon cepat dan transparan. Jika tidak dipahami dengan baik, cara komunikasi yang salah bisa membuat mereka merasa tidak dihargai atau malah baper.

Mengapa Komunikasi dengan Gen Z Butuh Pendekatan Khusus

Gen Z tumbuh di era teknologi dan media sosial, terbiasa dengan interaksi yang cepat, ringkas, dan penuh visual. Mereka menyukai komunikasi yang langsung ke inti, tetapi tetap sopan dan empatik. Gaya komunikasi yang terlalu panjang, formal, atau otoriter justru bisa membuat mereka merasa tidak relevan.

Dari jurnal tersebut, ditemukan bahwa Gen Z lebih merespons komunikasi digital berbasis media sosial atau pesan instan, seperti WhatsApp, Slack, atau email ringkas. Mereka tidak menyukai perintah satu arah tanpa konteks yang jelas.

Karakteristik Gen Z dalam Dunia Kerja

Penting bagi atasan untuk memahami keunikan Gen Z agar bisa menyampaikan arahan secara efektif. Beberapa karakteristik utama Gen Z yang dikutip dalam jurnal tersebut dan berbagai studi lainnya antara lain:

  • Terbiasa multitasking di dunia digital
  • Menghargai keterbukaan dan transparansi
  • Cepat menyerap informasi visual
  • Menuntut feedback yang real-time
  • Lebih nyaman dengan struktur organisasi yang datar daripada hierarkis

Dengan karakter seperti ini, komunikasi yang kaku dan satu arah sangat mudah memicu kesalahpahaman.

Kesalahan Umum Atasan Saat Memberi Arahan

1. Gaya Bahasa Menggurui atau Sarkastik

Gen Z lebih menyukai komunikasi sejajar. Gaya bicara yang terdengar “senior” atau sarkastik dianggap merendahkan dan bisa langsung memicu rasa tersinggung.

2. Tanpa Konteks dan Tujuan

Salah satu temuan dalam jurnal menyebutkan bahwa Gen Z menghargai penjelasan yang ringkas namun menyertakan konteks dan dampaknya, bukan hanya "lakukan ini" tanpa alasan.

3. Mengoreksi di Depan Umum

Kritik yang dilakukan di depan banyak orang bisa dianggap mempermalukan. Gen Z lebih menyukai feedback privat, dengan pendekatan empatik.

Strategi Efektif Menyampaikan Arahan ke Gen Z

1. Gunakan Media Komunikasi yang Familiar

Gen Z nyaman berkomunikasi melalui chat, email ringkas, atau bahkan video call. Hindari terlalu banyak meeting formal jika bisa digantikan dengan komunikasi singkat yang efisien.

2. Sampaikan Pesan dengan Jelas dan Ringkas

Gunakan gaya bahasa yang tidak bertele-tele. Gunakan bullet points atau langkah terstruktur untuk menyampaikan arahan. Ini membantu mereka fokus dan menghindari kebingungan.

3. Jelaskan Tujuan dan Dampak Arahan

Beritahu mereka mengapa sebuah tugas penting dan bagaimana kontribusinya berdampak terhadap tim. Pendekatan ini memberi rasa memiliki terhadap pekerjaan.

4. Berikan Ruang untuk Bertanya dan Berdiskusi

Buka ruang dialog. Kalimat seperti “ada yang ingin kamu tambahkan?” atau “menurut kamu bagaimana pendekatan terbaik?” akan membuat Gen Z merasa dihargai.

5. Hindari Nada Otoriter

Nada memerintah secara langsung seringkali tidak efektif. Lebih baik gunakan pendekatan kolaboratif, seperti:

“Apa kamu butuh bantuan dalam bagian ini?”
“Kita bisa atur strategi bareng supaya hasilnya lebih optimal.”

Praktik Baik: Studi Kasus dari Lingkungan Kerja

Dalam jurnal yang sama, disebutkan bahwa keberhasilan komunikasi antar generasi sangat ditentukan oleh bagaimana organisasi menyesuaikan channel komunikasi dan gaya interaksi internal. Beberapa perusahaan yang berhasil menjalin komunikasi efektif dengan Gen Z menerapkan kebijakan seperti:

  • Daily update via Slack (tanpa meeting panjang)
  • Sesi feedback mingguan via Google Meet
  • Gaya kepemimpinan coaching-style, bukan commanding
  • Menyediakan ruang ekspresi dan inisiatif dalam project


Tips Membangun Hubungan Profesional yang Sehat dengan Gen Z

  1. Sampaikan Feedback Secara Konsisten dan Terstruktur. Bukan hanya saat ada masalah. Berikan juga penguatan positif saat tugas dikerjakan dengan baik.
  2. Ciptakan Lingkungan Kerja yang Aman Psikologis. Jangan membuat mereka takut bertanya atau menyampaikan pendapat. Lingkungan yang suportif akan memaksimalkan potensi mereka.
  3. Libatkan Mereka dalam Pengambilan Keputusan. Gen Z senang merasa dilibatkan, apalagi jika diberi ruang untuk menyuarakan pendapat.
  4. Berdayakan, Bukan Sekadar Mengarahkan. Jadikan mereka partner kerja, bukan hanya pelaksana. Ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan loyalitas.


Kesimpulan: Komunikasi Efektif Adalah Kunci Kepemimpinan Modern

Menyampaikan arahan kepada Gen Z bukan perkara mudah, tapi bukan pula sesuatu yang rumit. Dengan memahami karakteristik mereka sebagai digital native, dan memadukan pendekatan dari hasil riset seperti dalam jurnal “Tantangan Komunikasi Gen Z”, atasan dapat menciptakan gaya komunikasi yang lebih empatik, efisien, dan produktif.

Intinya, Gen Z tidak alergi pada arahan — mereka hanya tidak suka disuruh tanpa dihargai. Maka dari itu, pemimpin yang bijak akan memilih pendekatan komunikasi yang setara dan terbuka. Bukan hanya untuk menghindari baper, tapi juga demi membangun kultur kerja yang sehat dan berdaya saing.

I Tertarik Belajar tentang Cara Komunikasi Ke Gen Z? Klik Link Program Ini: Manager SDM - Program Pelatihan dan Sertifikasi